Tribun Otomotif – Busi motor menjadi salah satu komponen penting dalam sistem pengapian kendaraan bermotor. Tanpa adanya busi motor, mesin tidak akan dapat hidup karena tidak terjadi proses pembakaran di ruang bakar. Namun, seiring perkembangan teknologi, kini dikenal dua jenis busi utama, yaitu busi motor untuk sistem karburator (biasa) dan busi untuk sistem injeksi (EFI). Meski sama-sama berfungsi menyalakan campuran udara dan bahan bakar, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam desain, kinerja, serta daya tahan.

Sistem Pengapian Busi Motor: Karburator vs Injeksi
Perbedaan paling mendasar antara busi motor biasa dan busi motor injeksi terletak pada sistem bahan bakarnya. Motor karburator bekerja secara mekanis, di mana udara dan bensin dicampur secara manual oleh karburator. Sistem ini sederhana namun tidak sepresisi sistem injeksi.
Sementara itu, motor injeksi dikendalikan oleh ECU (Electronic Control Unit) yang mengatur campuran udara dan bahan bakar secara elektronik. Karena pembakarannya lebih presisi, busi injeksi pun dirancang agar mampu bekerja dalam tekanan ruang bakar yang lebih tinggi serta mendukung pengapian yang efisien dan bersih.

Desain dan Material Busi Motor
Dari sisi desain, busi konvensional atau biasa umumnya menggunakan elektroda berbahan nikel dan memiliki celah percikan api yang lebih besar. Desain ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pembakaran pada sistem karburator yang tidak menuntut tekanan tinggi.
Sebaliknya, busi injeksi memiliki elektroda berbahan iridium atau platinum yang jauh lebih tahan panas dan korosi. Ukurannya juga lebih kecil sehingga mampu menghasilkan percikan api yang kuat dan stabil, sangat penting untuk sistem pengapian yang diatur secara elektronik. Material premium ini menjadikan busi injeksi lebih awet dan andal dalam jangka panjang.

Efisiensi dan Konsumsi Bahan Bakar
Pada motor karburator, pembakaran terkadang tidak optimal karena campuran udara dan bahan bakar bisa berubah-ubah. Akibatnya, konsumsi bensin menjadi lebih boros dan emisi gas buang cenderung lebih tinggi.
Sebaliknya, busi motor injeksi mendukung sistem pengapian yang jauh lebih efisien. Percikan api yang kuat dan stabil membantu membakar bahan bakar secara sempurna, sehingga menghasilkan tenaga maksimal dengan konsumsi bahan bakar yang lebih irit. Hasilnya, mesin lebih responsif dan ramah lingkungan.
Perawatan dan Umur Pakai
Busi biasa umumnya perlu diganti setiap 6.000–8.000 kilometer, tergantung kondisi penggunaan. Karena menggunakan bahan nikel, elektroda pada busi ini lebih cepat aus dan penurunan performa bisa terasa setelah beberapa ribu kilometer.
Sebaliknya, busi injeksi memiliki umur pakai yang lebih panjang bisa mencapai 20.000 hingga 30.000 kilometer. Material iridium atau platinum yang digunakan membuatnya tahan terhadap panas ekstrem dan tekanan tinggi. Namun, meskipun busi injeksi bisa dipasang di motor karburator, hasilnya belum tentu optimal karena karakter pembakarannya berbeda.
Perbedaan antara Busi Motor biasa dan injeksi tidak hanya terletak pada harga, tetapi juga pada teknologi dan performa yang ditawarkan. Busi biasa cocok untuk sistem karburator yang sederhana, sedangkan busi injeksi dirancang untuk mesin modern dengan pembakaran presisi tinggi. Dengan memilih jenis busi sesuai rekomendasi pabrikan, performa mesin akan tetap optimal, efisien, dan tahan lama.

